Jumat, Maret 27, 2009

Kunjungan Uskup Ke Stasi St. Gregorius



Pada tanggal 22 Maret 2009, umat Stasi St.Gregorius sudah sepatutnya bersyukur, karena pada tanggal tersebut Uskup Agung Jakarta berkenan untuk mengunjungi Stasi St. Gregorius, walaupun hanya berupa kunjungan singkat.

Kunjungan Uskup ini diharapkan sekali oleh semua umat Stasi St.Gregorius sebagai sebuah titik balik bagi keuskupan terhadap semua rencana yang sudah pernah disampaikan baik oleh Dewan Paroki maupun Dewan Stasi sendiri, baik secara langsung kepada Bapak Uskup sendiri maupun melalui para romo yang berada di keuskupan seperti Romo Roy D Pr ataupun Romo Ign Swasono SJ.

Dengan kedatangan Bapak Uskup, Dewan Stasi sangatlah berharap himbauan Bapak Uskup mengenai gereja Stasi St. Gregorius yang harus tetap terus menjalankan hubungan dengan warga sekitar, bisa berjalan dan bisa di laksanakan tentunya dengan bantuan dari semua umat stasi yang saat ini mulai peduli dan banyak yang sudah mulai membantu dengan segala macam upaya yang mereka hadapi.


Dalam pertemuan di Gereja St.Maria, Bapak Uskup juga sempat mengatakan bahwa beliau sangat menyetujui dan sangat senang sekali akan semua daya upaya yang sudah dikerjakan oleh umat Stasi St. Gregorius. Bapak Uskup juga menekankan kepada semua pengurus lingkungan yang hadir tentang umat basis, dikarenakan lingkungan merupakan ujung tombak dari struktural gereja dalam melayani umat, maka peran serta dan kepedulian para pengurus lingkungan merupakan modal dasar dari berhasil atau tidaknya arahan pastoral KAJ menuju gereja pastoral yang baik dan mengembangkan umat basis.

Bapak Uskup sangat senang atas upaya umat Stasi St.Gregorius yang dengan yakin dan bersemangat mengupayakan renovasi dan pembangunan jalan demi keamanan dan kenyamanan bagi semua umat dalam beribadah. Keadaan ini dan semangat ini menurut Bapak Uskup harus terus dipupuk walaupun nantinya ijin gereja maupun ijin paroki sudah didapatkan. Karena menurut Bapak Uskup gereja tidak ada artinya jika gambala-gembalanya dalam hal ini para romo dan para pengurus, terutama pengurus lingkungan yang langsung berinteraksi dengan umat, tidak dapat 'bersatu' ataupun tidak dapat menghimpun umat dengan memperhatikan keadaan iman mereka, membantu mereka saat mereka butuhkan sesuai dengan arahan pastoral paroki dan arahan pastoral KAJ.

Terima kasih juga diucapkan kepada semua Dewan Stasi St. Gregorius yang dengan kerja kerasnya berhasil 'membawa' Bapak Uskup 'mampir' ke Stasi kita yang tercinta ini.
Semoga dengan keberhasilan ini Dewan Stasi tidak 'terlelap' tetapi menjadikan ini sebagai suatu batu pandu untuk melangkah ke depan dengan lebih yakin dan lebih serius lagi.
Sekali lagi Proficiat !!!
Semoga ini juga membuktikan bahwa semua usaha Dewan Stasi dibantu semua umat direstui dan dibimbing oleh Roh Kudus, dan semoga saja impian mempunyai sebuah Gereja dan Paroki sendiri dengan bantuan Roh Kudus dan atas restu Allah Bapa dapat terlaksana. Amien.

Kamis, Maret 19, 2009

Ayo kita memilih ..Sukseskan Pemilu 2009 !


Pemilu 2009, adalah wujud nyata dari pesta demokrasi di Indonesia, oleh karena itu sebagai warganegara yang baik, maka dari setiap kita mempunyai tanggung jawab untuk menyukseskan pemilu 2009.
Berikut ulasan tentang cara pelaksanaan pemilu 2009 nanti.
-Moderator-
Jakarta, kpu.go.id
Pada Pemilihan Umum Legislatif 2009, terdapat perbedaan dengan Pemilu Legislatif sebelumnya dalam hal pemberian suara yang dilakukan oleh Pemilih yaitu dari sebelumnya mencoblos surat suara menjadi memberi tanda satu kali pada surat suara.
Untuk memenuhi Pasal 153 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD, KPU telah mengeluarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 35 Tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara di Tempat Pemungutan Suara dalam pemilihan umum anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/kota Tahun 2009.

Dalam Pasal 40 dalam peraturan KPU tersebut dinyatakan sebagai berikut:
(1) Suara pada surat suara Pemilu anggota DPR/DPRD Provinsi/DPRD Kabupaten/Kota, dinyatakan sah apabila :
a. surat suara ditandatangani oleh Ketua KPPS;
b. bentuk pemberian tanda adalah tanda centang (√) atau sebutan lainnya;
c. pemberian tanda sebagaimana dimaksud pada huruf b, dilakukan hanya satu kali pada kolom nama partai atau kolom nomor calon atau kolom nama calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.
d. sudut tanda centang (√) atau sebutan lainnya terdapat di dalam kolom nama partai politik, walaupun ujung garis tanda centang (√) melewati garis kolom nama partai politik; atau
e. sudut tanda centang (√) atau sebutan lainnya terdapat pada kolom nomor urut calon atau kolom nama calon, tetapi bagian akhir garis tanda centang (√) atau sebutan lainnya melampaui kolom nomor urut calon atau kolom nama calon.

(2) Suara pada surat suara Pemilu anggota DPD, dinyatakan sah apabila:
a. surat suara ditandatangani oleh Ketua KPPS; dan
b. bentuk pemberian tanda adalah tanda centang (√) atau sebutan lainnya;
c. pemberian tanda sebagaimana dimaksud pada huruf b, dilakukan hanya satu kali pada kolom foto salah satu calon anggota DPD;
d. sudut tanda centang (√) atau sebutan lainnya terdapat di dalam kolom foto salah satu calon Anggota DPD, walaupun ujung garis tanda centang (√) atau sebutan lain melewati garis kolom foto salah satu Anggota DPD.

Sumber : Komisi Pemilihan Umum (www.kpu.go.id)

Rabu, Maret 18, 2009

Percayakah ?!?

Disuatu pertunjukan circus ada seorang akrobatik yang sedang mempertunjukan kebolehannya, yaitu berjalan diatas seutas tali yang panjang sekali.
dengan segala kemahirannya dia berjalan dari satu ujung tali ke ujung tali yang lain.
Ketika sang akrobatik sedang berjalan diatas tali tsb, penonton melihat dengan tegang dan cemas seakan-akan sang akrobatik akan jatuh.
tetapi akhirnya sang akrobatik tiba di ujung tali yg lain dengan selamat.
Para penontonpun bertepuk tangan.....

Setibanya di ujung tali yang lain dia bertanya kepada penonton: Apakah kalian percaya kalau saya dapat berjalan diatas tali ini kembali ke ujung tali yang lain.?
Penonton dengan antusias menjawab: Percaya.......
Sekali lagi sang akrobatik bertanya: apakah kalian percaya kalau saya dapat diatas tali ini kembali ke ujung tali yang lain.
Sekali lagi penonton dengan serentak menjawab : Percaya.......

Maka sang akrobatik kembali melakukan pertunjukan tsb sekali lagi, ketika sang akrobatik sedang berjalan diatas tali tsb, para penonton melihat pertunjukan tsb dengan perasaan tegang dan cemas.
Dengan segala ke mahiran nya akhirnya sang akrobatik tsb tiba kembali di ujung tali yang lain dengan selamat.
Sekali lagi para penonton bertepuk tangan.....

Sekali ini sang akrobatik akan melakukan nya kembali dan kembali bertanya kepada para penonton: Kalian sudah percaya bahwa saya bisa melakukan ini dengan baik.
Dan kali ini sang akrobatik bertanya kepada para penonton : Adakah diantara kalian yang mau saya gendong dengan berjalan diatas tali ini?
Sang akrobatik melihat sekeliling panggung dan mencari adakah diantara penonton yang mau diajak untuk berjalan diatas tali tsb., tapi ternyata tidak ada satupun penonton yang mau diajak berjalan diatas tali tsb.
Tapi, tiba-tiba ada seorang anak kecil yang mengacungkan tangannya dan berkata : Saya mau. kemudian sang akrobatik menghampiri sang anak tsb dan menggendongnya keatas untuk berjalan diatas tali tsb.

Ketika pertunjukan berjalan diatas tali tsb dilakukan bersama-sama dengan sang anak tsb, para penonton melihat dengan harap-harap cemas dan dengan perasaan yang menegangkan.
(Mengharapkan bisa berjalan sampai dengan selamat dan cemas kalau tidak sampai keujung tali yang lain sehingga jatuh ).
Dengan Keahliannya, sang akrobatik akhirnya bisa tiba dengan selamat bersama-sama dengan sang anak di ujung tali yang lain.
Penonton pun bertepuk tangan dengan gemuruh bercampur senang.

Setelah pertunjukan selesai, ada seorang wartawan yang menghampiri sang anak yang tadi digendong berjalan bersama sang akrobatik diatas tali tsb.
Wartawan bertanya : Nak, bagaimana engkau berani digendong dengan berjalan diatas tali tsb bersama sang akrobatik?
Sang anak Menjawab dengan entengnya: Saya percaya kalau dia ( sang akrobatik ) dapat menggendong saya tiba dengan selamat di ujung tali yang lain, karena dia ( sang akrobatik ) adalah bapa saya.
Wartawan tsb hanya tersenyum kecil ketika dia mendengar jawaban tsb.

Makna apa yang terkandung didalam cerita tsb diatas??.......

Kita orang Kristen percaya kepada BAPA yang ada di Sorga ( Mzm 55:12 ), tapi seringkali kita tidak mau menyerahkan kekhawatiran, kecemasan kita kepada Bapa di Sorga. Sehingga Bapa kita di Sorga tidak dapat mengambil alih seluruh kekhawatiran dan kecemasan kita.
Bukankah seorang bapa tidak akan mencelakakan anaknya, bahkkan IA akan memelihara anak2 NYA ( 1 Pet 5:7., Mzm 55:23 ).

Dunia sedang menghantam kita bertubi-tubi ( krisis Global, Bencana alam dll ), sehingga kita menjadi khawatir akan hidup ini.
Maukah kita menyerahkan kekhawatiran kita kepada Tuhan kita ALLAH BAPA di Sorga? dengan tetap melakukan apa yang menjadi kewajiban kita sebagai anak dan Bapa di Sorga akan memelihara kita sebagaimana janji NYA.
Tiada hal yang mustahil ( Mat 17:20., Kej 18:14 )

Semoga cerita diatas bermanfaat bagi kita yang sedang menghadapi krisis ini.

Tuhan Memberkati.

Salam Sejahtera selalu.
JN. Wahyudi

Apakah Prapaskah itu ?

Masa Prapaskah adalah masa pertumbuhan jiwa kita. Kadang-kadang jiwa kita mengalami masa-masa kering di mana Tuhan terasa amat jauh. Masa Prapaskah akan mengubah jiwa kita yang kering itu. Masa Prapaskah juga membantu kita untuk mengatasi kebiasaan-kebiasaan buruk seperti mementingkan diri sendiri dan suka marah.

Banyak orang mengikuti retret setiap tahun. Retret itu semacam penyegaran jiwa. Kita membebaskan diri dari segala beban dan segala rutinitas sehari-hari. Tujuannya agar kita dapat meluangkan waktu untuk memikirkan dan mendengarkan Tuhan. Kalian boleh menganggap Masa Prapaskah sebagai suatu Retret Agung selama 40 hari. Yaitu saat untuk mengusir semua kekhawatiran dan ketakutan kita supaya kita dapat memusatkan diri pada Sahabat kita dan mempererat hubungan kita dengan-Nya. Sahabat itu, tentu saja, adalah Tuhan. Kita dapat mempererat hubungan kita dengan-Nya dengan berbicara kepada-Nya dan mendengarkan-Nya. Cara lain yang juga baik adalah dengan membaca bagaimana orang lain membangun persahabatan dengan Tuhan di masa silam. Kitab Suci adalah bacaan yang tepat atau bisa juga kisah hidup para santo dan santa.

Akhirnya, hanya ada dua kata untuk menyimpulkan apa itu Masa Prapaskah, yaitu: "NIAT" dan "USAHA". Misalnya saja kita berniat untuk lebih mengasihi sesama, kita juga berniat untuk tidak lagi menyakiti hati sesama. Salah satu alasan mengapa kita gagal memenuhi niat kita itu adalah karena kita kurang berusaha. Kitab Suci mengatakan "roh memang penurut, tetapi daging lemah". Di sinilah peran Masa Prapaskah, yaitu membangun karakter yang kuat. Kita berusaha untuk menguasai tubuh dan pikiran kita dengan berlatih menguasai diri dalam hal-hal kecil. Oleh karena itulah kita melakukan silih selama Masa Prapaskah. Kita berpantang permen atau rokok atau pun pantang menonton program TV yang paling kita sukai. Dengan berpantang kita belajar mengendalikan diri. Jika kita telah mampu menguasai diri dalam hal-hal kecil, kita dapat meningkatkannya pada hal-hal yang lebih serius.

Berlatih menguasai diri baru sebagian dari usaha. Tidaklah cukup hanya berhenti melakukan suatu kebiasaan buruk, tetapi kita juga harus memulai suatu kebiasaan baik untuk menggantikan kebiasaan buruk kita itu. Misalnya saja membaca Kitab Suci setiap hari, berdoa Rosario, menerima Komuni secara teratur. Jadi jangan hanya duduk diam saja, LAKUKAN SESUATU. Mulailah Hari Rabu Abu dengan menerima abu yang telah diberkati, lalu kemudian memulai hidup baru bagi jiwamu!

sumber : P. Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com
dikutip dari YESAYA: www.indocell.net/yesaya

MENGAPA MASA PRAPASKAH BERLANGSUNG SELAMA 40 HARI

MENGAPA MASA PRAPASKAH BERLANGSUNG SELAMA 40 HARI?
Pada awalnya, em
pat puluh hari masa tobat dihitung dari hari Sabtu sore menjelang Hari Minggu Prapaskah I sampai dengan peringatan Perjamuan Malam Terakhir pada hari Kamis Putih; sesudah itu dimulailah Misteri Paskah. Sekarang, Masa Prapaskah terbagi atas dua bagian. Pertama, empat hari dari Hari Rabu Abu sampai Hari Minggu Pra-paskah I. Kedua, tiga puluh enam hari sesudahnya sampai Hari Minggu Palma. Masa Prapaskah bagian kedua adalah masa Mengenang Sengsara Tuhan.

Makna empat puluh hari dapat ditelusuri dari kisah Musa yang sebagai wakil Hukum (Taurat) dan Elia yang sebagai wakil Nabi. Musa berbicara dengan Tuhan di gunung Sinai dan Elia berbicara dengan Tuhan di gunung Horeb, setelah mereka menyucikan diri dengan berpuasa selama empat puluh hari (Keluaran 24:18, IRaja-raja 19:8). Setelah dibaptis, Tuhan Yesus mempersiapkan diri untuk tampil di hadapan umum juga dengan berpuasa selama empat puluh hari di padang gurun. Di sana Ia dicobai setan dengan serangan pertamanya yaitu rasa lapar. Serangan yang sama digunakannya juga untuk mencobai kita agar kita gagal berpantang dan berpuasa dengan godaan keinginan daging. Kemudian setan berusaha membujuk Yesus untuk menjatuhkan diri-Nya agar malaikat-malaikat dari surga datang untuk menatang-Nya. Setan mencobai kita juga dengan kesombongan, padahal kesombongan sangat berlawanan dengan semangat doa dan meditasi yang dikehendaki Tuhan. Untuk ketiga kalinya Setan berusaha membujuk Yesus dengan janji akan menjadikan Yesus sebagai penguasa jagad raya. Setan mencobai kita dengan keserakahan serta ketamakan harta benda duniawi, padahal Tuhan menghendaki kita beramal kasih dan menolong sesama kita.

Selama Masa Prapaskah selayaknya kita hidup sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran. (Efesus 5:8-9).

sumber : Catholic Online Lenten Pages; www.catholic.org/lent/lent.html


“dikutip dari YESAYA: www.indocell.net/yesaya”

Selasa, Maret 17, 2009

Tanggung Jawab terhadap Masyarakat

Minggu Prapaskah III :
Bertanggung Jawab Terhadap Masyarakat
( Mat 14 : 13 - 21 ; 25 : 31 - 46 )

1. Tujuan :
- Menyadari dan memahami hak dan kewajiban sebagai masyarakat.
- Menyadari dan mengerti bahwa semua orang adalah anak-anak Allah.

2. " Kamu harus memberi mereka makan "
- Kalimat tersebut merupakan perintah Yesus kepada para muridNya. "Mereka" adalah semua orang tanpa membedakan suku, agama, dan ras tertentu. Mereka adalah orang-orang disekitar kita, se-RT se- RW. Bersama mereka , kita adalah anak-anak Allah yang berziarah menuju rumah Bapa. Sebagai warga masyarakat, mereka dan kita, tidak luput dari kekurangan, namun juga mempunyai harapan kedepan yang lebih baik. Maka sepantasnya kita mengusahakan yang terbaik bagi masyarakat kita. "Bertolong - tolonglah menanggung bebanmu" ( Gal 6:2 ).
- Kita tidak bisa hanya "berfokus pada keenakan diri sendiri".
- KonsiliVatikan II menyatakan : "Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan, orang-orang jaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga". (GS art 1). Kristus mengajak kita untuk bermurah hati ( Luk 6 : 36 ), dan ajakan tersebut harus kita wujudkan secara konkret, terutama kepada orang-orang yang menderita ( Mat 25:36). Kita tidak ingin menggurui, menguasai apalagi menaklukkan, melainkan ingin mewujudkan diri sebagai garam dan terang bagi masyarakat. Dengan segala usaha dan tanggung jawab kita terhadap masyarakat, kita telah menjadi saksi sebagai murid-murid Kristus : "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu" ( Yoh 13 : 35 ).
- Memang banyak terjadi kesalahpahaman, ketidak sukaan terhadap kita. Kita tidak perlu menyalahkan mereka, tetapi mawas diri kita sendirilah yang tidak mengenal mereka, tidak memahami cara pandang dan agama mereka. Kita sering di cap "tertutup", kurang bergaul, dan mengelompok sebagai komunitas tersendiri. Makasetiap peluang dimana kita harus hadir dan terlibat di tengah masyarakat harus kita manfaatkan: mulai dari kerja bakti sampai menjadi pengurus kemasyarakatan setempat.

3. Pertanyaan Refelksi :
- Apa saja keprihatinan masyarakat di RT kita saat ini ?
- Sumbangan konkret apa yang bisa kita berikan kepada masyarakat kita ?
- Mengapa mereka sering menolak "rasa Katolik" ?
( MS, 150309)

Jumat, Maret 13, 2009

Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan

Minggu Prapaskah II :
Bertanggung Jawab Kepada Lingkungan
(Kis 2 : 41 - 47; Gal 6 : 1 - 10 )

Tujuan
1. Pengurus, umat pada umumnya menyadari peran dan tanggung jawab masing - masing.
Memahami arti : lebih berkualitas dan pastoral gembala baik.
2. Membangun umat basis lingkungan yang makin berkualitas.
Lingkungan sebagai umat basis yang berkualitas mesti memiliki
ciri-ciri berikut ini :
- Umat menghayati dan mewujudkan iman Katolik yang dapat dirasakan oleh umat
lingkungan.Mereka mengalami suka cita karena imannya.
- Tekanan hidup umat lingkungan diletakan pada persekutuan dan keakraban hubungan antar
umat, sehingga tiap - tiap umat bisa berpartisipasi secara aktif dan ikut memikul tanggung
jawab atas kehidupan lingkungan, sesuai dengan karisma masing-masing yang
diwujudkan dalam pelayanan.
- Kehidupan doa dan ibadat bersama mendapat tempat utama dalam umat basis, sehingga
umat basis menjadi sel yang hidup dan dinamis dari lingkungan.
- Persekutuan umat basis dipusatkan pada mendengarkan sabda Allah.
Sabda Allah menjadi dasar bertindak bagi semua umat lingkungan untuk menghadapi dan
menyelesaikan masalah - masalah lingkungan maupun masyarakat.
- Kepemimpinan lingkungan bersifat partisipatif. Artinya masing - masing pengurus
menjalankan peran dan tanggung jawabnya sesuai dengan jabatan masing - masing, namun
terbuka terhadap saran, usulan dan kritik seluruh umat, terlebih ketika harus membuat
keputusan yang akan menentukan arah lingkungan.
- Umat terdorong oleh semangat Roh Kudus dalam kehidupan sehari-hari, dan menjadi ragi,
inspirator dan motivator bagi pembangunan lingkungan dan masyarakat.
- Umat basis mempunyai perhatian dan berbagi dengan kaum miskin dan menderita.
3. Pastoral Gembala Baik.
Entah karena kesibukan kerja, iman yang lemah, masalah-masalah perkawinan, keluarga,
ekonomi, tersinggung, cuek bebek,dll ...... menyebabkan seseorang tidak mau lagi terlibat
dalam kegiatan lingkungan. Mereka mengalami "beban". Namun tidak tahu bagaimana
melepaskannya. Maka kewajiban umat adalah menyapa, mengunjungi dan memperhatikan
mereka. Dalam lingkungan jangan sampai ada satu umat pun terlalaikan.
4. Pertanyaan refleksi
Apakah para pengurus sudah menjalankan peran dan tanggung jawabnya?
Sejauh mana partisipasi umat dalam kegiatan lingkungan ?
Bagaimana mewujudkan pastoral gembala yang baik ?

Kamis, Maret 12, 2009

Tanggung Jawab Terhadap Keluarga

Minggu Prapaskah Pertama :
Tanggung Jawab Terhadap Keluarga
( Tit 2 : 1 - 10 )

Tujuan

Menyadari tanggung jawab dan peran masing-masing dalam keluarga, sebagai bapak, ibu dan anak. Membangun komunikasi yang sehat, jujur dan terbuka.

Cita-cita sebuah keluarga Katolik

Menurut Konsili Vatikan II, GS art 52, dikemukankan tentang cita-cita keluarga Katolik. Keluarga Katolik diibaratkan sekolah kemanusiaan yang kaya. Supaya tujuan ini terlaksana dengan sempurna, suami, isteri dituntut sehati dan sejiwa dalam menentukan arah keluarga, terutama dalam mendampingi dan mendidik anak-anak. Pendidikan anak diarahkan sedemikian sehingga mereka dapat mengikuti panggilan hidup mereka dengan penuh tanggung jawab dan kedewasaan. Orang tua tidak memaksakan kehendak atas anak-anak, apalagi sampai memarahi secara emosional bahkan memukuli mereka. Kehadiran ayah dan ibu di rumah sangat diharapkan demi anak-anak. Dengan demikian keluarga mesti merupakan ikatn antara orang-orang yang berusaha spaya cinta makin hari makin menghangatkanpersatuan mereka.
Peran dan tanggung jawab masing-masing ditunjukkan oleh Paulus. Dengan menjalankan nasihat Paulus ini, keluarga diharapkan menjadi komunitas basis yang berpusat pada Sabda Allah, dimana masing-masing mampumenjalankan hidupnya sesuai dengan peran dan tanggung jawab masing-masing dan memberikan teladan bagi yang lain.
Keluarga merupakan dasar masyarakat. Dinyatakan demikian, karena dalam keluarga ada aneka ragam generasi, hidup bersama dan saling membantu untuk menjadi lebih bijak dan menyelaraskan hak perorangan degan tujuan hidup bersama. Jadi dari dalam keluarga, masing-masing belajar bagaimana hidup bermasyarakat.
Keadaan sulit seperti sekarang hendaknya tidak menyurutkan semangat untuk mewujudkan keluarga Katolik sejati.

Refleksi

Masing-masing peserta mengungkapkanperan dan tanggung jawab sebagai bapak, ibu dan anak. Dari banyak pendapat, carilah prioritas yang perlu dikembangkan.
Komunikasi dalam keluarga, mudah dikatakan tapi jarang dipraktekkan. Mengapa ? Syarat apa yang diperlukan untuk membangun komunikasi yang sehat ? ( MS. 01 Maret 2009)

Selasa, Maret 10, 2009

Ekaristi di Filipina


Perayaan Ekaristi di Filipina tentu memiliki banyak kekhasan terkait dengan jumlah penduduknya yang mayoritas Katolik (85 % ). Silahkan membandingkannya dengan perayaan Ekaristi di indonesia.

Perayaan Ekaristi hari Minggu di Manila pada umumnya hanya berlangsung tidak lebih dari 50 menit, karena itu tiap jamnya ada misa. Misa pertama dimulai pukul 05.00. Kira-kira setiap hari Minggu ada 12 kali misa. Misa harian biasanya diadakan 5x sehari, tiga kali pada pagi hari dan dua kali pada sore hari. Bahkan dengan mudah kami menjumpai perayaan Ekaristi di tengah pasar yang sangat padat seperti di pasar Senen, disekitarnya ada pedagang kaki lima dan dvd bajakan ( seperti di Glodok ). Tak heran jika kami pun menjumpai sebuah kapel di tengah mall yang padat dengan lalu lalang orang yang sedang shopping. Mereka bisa transit 30 menit untuk misa lalu melanjutkan shopping lagi.
Bayangkan ada misa di Mall Taman Anggrek atau di Mall Kelapa Gading. Pasti peminatnya banyak juga seperti di sini.
Misa bisa hanya 50 menit disini, karena beberapa sebab; memakai bahasa inggris yang relatif lebih singkat kosa katanya, tidak semua ordinarium dinyanyikan, dan lagu dinyanyikan dengan ritme mengalir tidak berlambat-lambat.

Anda lebih suka misa 50 menit atau 1,5 jam ?

Namun umat di Manila cenderung tidak ikut aktif bernyanyi. Mereka hanya ikut bernyanyi keras ketika lagu "Bapa Kami". Sebagai catatan, ternyata "Bapa Kami" gaya Filipina yang biasanya kita nyanyikan tidak ada di Filipina.

Romo Danto sedang menginvestasi mengapa bisa ada "Bapa Kami" Filipina di Indonesia.
Ketika Salam Damai, umat di Manila hanya saling menundukkan kepala sambil berkata "peace be with you" tanpa berjabat tangan seperti di Indonesia.
Yang menarik juga, ketika komuni umat langsung berjalan kedepan altar tanpa perlu urut dari kursi yang paling depan. Orang langsung saja keluar dari kursinya dan segera antri. Tidak terlalu rapi bila dibandingkan dengan di Jakarta.
Ada kebiasaan yang sama antara umat di Manila dan di Jakarta, yaitu sering terlambat dan tanpa merasa bersalah.
Di Manila ada kebiasaan nonton film di bioskop tanpa jadwal, orang boleh masuk kapan saja dan menikmati filmitu, walaupun sudah terlambat. Nampaknya kebiasaan ini dilanjutkan ketika ikut perayaan Ekaristi. Datang kapanpun dan langsung ikut misa yang sdah berjalan. Bahkan kadang ada yang masuk ketika doa syukur agung, dan "hebatnya" di tetap menerima komuni !!

* dikopi dari tulisan Romo Yus dan Romo Danto yang sedang 'berpetualang' di Filipina.*