Kamis, April 16, 2009

Koronka Kepada Kerahiman Ilahi

Kata koronka adalah sebuah kata dari Bahasa Polandia yang tidak ada padanannya dalam Bahasa Indonesia, kurang lebih berarti sama dengan mahkota kecil yang diletakkan diatas kepala orang yang dicintai secara istimewa atau untaian manik-manik indah yang dikalungkan pada leher sang kekasih.

Koronka kepada kerahiman ilahi adalah untaian doa yang dipersembahkan kepada Tuhan yang diimani sebagai pribadi yang maharahim dan berbelas kasih.

Doa ini diadakan pada rosario biasa, tetapi isi doanya tidak hanya Bapa Kami dan Salam Maria seperti dalam Doa Rosario pada umumnya tetapi sebagai berikut:

Koronka dibuka dengan

- Bapa Kami (1 kali)

- Salam Maria (1 kali)

- Aku Percaya / Syahadat singkat (1 kali)

Pada manik Bapa Kami, diucapkan doa sebagai berikut:

Bapa yang kekal, kupersembahkan kepadaMU Tubuh dan Darah, Jiwa dan ke Allah PuteraMU yang terkasih Tuhan kami Yesus Kristus sebagai pemulihan dosa-dosa kami dan dosa-dosa dunia.

Pada manik Salam Maria (10 x) diucapkan doa sebagai berikut:

Demi sengsara Yesus yang pedih, tunjukkanlah belas kasihMU kepada kami dan seluruh dunia.

Koronka ditutup dengan doa:

Allah yang Kudus, Kudus dan berkuasa, Kudus dan kekal, kasihanilah kami dan seluruh dunia (3x)


SEJARAH KORONKA

Sejarah koronka dimulai pada tahun 1935 dan diceritakan oleh Suster Faustina sebagai berikut:

Malam hari ketika kau di kamarku, aku melihat Malaikat, pelaksana murka Allah. Ia berpakaian jubah terang dan wajahnya bersinar. Di bawah kakinya ada awan, dari awan itu keluarlah petir-petir, sedang dari tangannya keluarlah kilat-kilat.

Ketika aku melihat tanda murka ilahi yang akan menimpa bumi itu, aku mulai memohon Malaikat supaya ia berhenti sejenak, sebab dunia pasti akan bertobat. Namun permohonanku tidak berarti apa-apa terhadap murka ilahi.

Saat itu aku melihat Allah Tritunggal. Kebesaran kemuliaanNYA menembus aku sedalam-dalamnya dan aku tidak berani mengulangi permohonanku lagi.

Saat itu juga kurasakan dalam jiwaku kekuatan rahmat Yesus yang diam dalam diriku. Setelah menyadari rahmat itu, aku langsung dibawa ke Takhta Ilahi. O, betapa besarnya Tuhan dan Allah kita, betapa tak terpahami kekudusanNYA! Aku tidak akan bersuaha menggambarkan kebesaran itu, sebab tidak lama lagi kita semua akan melihatNYA sebagaimana adanya. Aku mulai memohon Allah seturut kata-kata yang telah kudengar dalam batinku.

Sementara aku berdoa demikian, aku melihat betapa Malaikat itu tidak berdaya dalam melaksanakan hukuman yang layak (menimpa dunia) akibat dosa. Aku belum pernah berdoa dengan kekuatan batin sebesar itu, seperti pada saat itu. Kata-kata yang kutujukan kepada Allah sebagai permohonanku ialah: Bapa yang kekal, kupersembahkan kepadaMU Tubuh dan Darah, Jiwa dan ke Allah PuteraMU yang terkasih Tuhan kami Yesus Kristus sebagai pemulihan dosa-dosa kami dan dosa-dosa dunia.

Hari berikutnya, ketika aku masuk ke kapel, aku mendengar dalam batin kata-kata ini: Setiap kali engkau masuk ke kapel, ucapkanlah segera doa yang kemarin Kuajarkan kepadamu.

Setelah mengucapkan doa itu, aku mendengar dalam batin kata-kata ini: Doa ini dimaksudkan sebagai sarana untuk memadamkan murkaKU. Hendaknya engkau mengucapkannya selama sembilan hari pada rosario biasa dengan cara ini: mula-mula hendaknya engaku mengucapkan satu Bapa Kami, satu Salam Maria dan satu Aku Percaya, lalu pada biji “Bapa Kami” hendaknya engkau berdoa begini: Bapa yang kekal, kupersembahkan kepadaMU Tubuh dan Darah, Jiwa dan ke Allah PuteraMU yang terkasih Tuhan kami Yesus Kristus sebagai pemulihan dosa-dosa kami dan dosa-dosa dunia.

Pada biji “Salam Maria” hendaknya engkau mengucapkan kata-kata berikut ini: Demi sengsara Yesus yang pedih, tunjukkanlah belas kasihMU kepada kami dan seluruh dunia.

Pada Akhir, hendaknya engkau mengucakan tiga kali kata-kata ini: Allah yang Kudus, Kudus dan berkuasa, Kudus dan kekal, kasihanilah kami dan seluruh dunia. (BCH, No. 474-476)

Sabda Yesus kepada Suster Faustina:

Ucapkanlah koronka yang telah Kuajarkan kepadamu ini setiap hari. Barang siapa mendaraskannya, akan mengalami kerahimanKU yang besar pada saat kematiannya. Para imam hendaknya menganjurkannya kepada para pendosa sebagai pertolongan terakhir (BCH, No. 687)

O, betapa banyak rahmat akan diterima orang yang mengucapkan koronka ini! Hendaknya seluruh dunia mengenal kerahimanKU yang tak terselami. Inilah tanda untuk zaman akhir. Sesudahnya akan tiba hari keadialan. Selama masih ada waktu, manusia hendaknya bergegas kepada sumber kerahimanKU dan memanfaatkan Darah dan Air yang memancar bagi mereka (BCH, No.848).

Ajaklah orang mengucapkan koronka yang telah Kuberikan kepadamu. Kepada mereka yang mendaraskannya, akan kuberikan apa saja yang mereka minta. Hati para pendosa yang paling tegarpun, bila mendaraskannya, akan dipenuhi ketenangan, dan saat kematian mereka akan diliputi bahagia. Tuliskanlah ini bagi jiwa-jiwa yang susah: bila orang menyadari dan memahami betapa beratnya dosa-dosanya bila mata hatinya menangkap jurang kehinaan yang dimasuknya, janganlah putus asa, melainkan dengan penuh percaya menjatuhkan diri kedalam rangkulan kerahimanKU, ibarat seorang anak kedalam rangkulan ibunya. Orang-orang itu mempunya hak utama untuk mengalami HatiKU yang berbelas kasih serta kerahimanKU. Katakanlah bahwa tiada seorangpun yang menyerukan kerahimanKU, pernah dikecewakan ataupun dipermalukan. Secara khusus Kusayangi orang-orang yang mengandalkan kebaikanKU. Tulislah: bila koronkan ini didaraskan dekat orang yang sedang menghadapi ajalnya, AKU akan berdiri diantara Bapa dan orang itu bukan sebagai Hakim yang adil, melainkan sebagai Juru Selamat yang rahim. (BCH, No.1541).

Dengan mengucapkan koronka ini, engkau mendekatkan umat manusia kepadaKU. (BCH, No.929)

Disadur oleh JN. Wahyudi dari: Buku Devosi Kepada Kerahiman Ilahi, tulisan Stefan Leks, Penerbit Kanisius, Nihil Obstat: F. Hartono, SJ, Imprimatur: J. Pujasumarta, Pr., Vikjen.

Keterangan: BCH adalah singkatan dari Buku Catatan Harian Suster Faustina.

Selasa, April 14, 2009

SMS/ SURAT BERANTAI DAN ROTI PADRE PIO

TEROR PSIKOLOGI


1. Banyak umat yang menerima SMS berantai tentang Maria yang berair mata darah. Berita dari daerah Timur tsb diminta untuk diteruskan ke orang2 lain.


2. Banyak surat berantai yang katanya berasal dari Vatikan yang berisi tentang keberuntungan karena telah mengedarkan selebaran tsb. Si penerima diminta menyebarluaskan untuk memperoleh keberuntungan. Barang siapa tidak mengirimkan ke orang lain akan mendapat celaka/mati.

3. Ditemukan lembaran2 doa di Goa Maria, di Gereja, atau tempat lain tentang doa yang tak pernah gagal atau doa2 lain yang yang tidak jelas sumbernya yang berisi janji2 kesuksesan sesaat.

4. Juga ditemukan lembaran2 devosi kepada seorang Kudus yang tak jelas riwayat hidup orang kudus tsb dan sumbernya.

5. Berita2 tentang penampakan entah Bunda Maria atau Yesus di suatu tempat tertentu yang membuat heboh sesaat

6. Yang menghebohkan umat saat ini roti Padre Pio. Umat bingung karena menerima roti yang harus diolah dng cara tertentu dan roti itu dianggap sakti dan membawa mukjijat tertentu.




7. Seluruh SMS/ selebaran roti diatas membuat resah dan bingung umat. Keadaan seperti ini jelas bukan berasal dari Roh yang baik tapi berasal dari Roh Kegelapan, lewat orang2 tertentu.

SIKAP GEREJA

1. Gereja resmi tidak pernah mengeluarkan tentang pernyataan hal2 diatas.

2. Seluruh berita/pernyataan/ ajaran yang berasal dari kepausan di Roma selalu dimuat dalam lembaran resmi ditanda tangani dan cap Kepausan

3. Semua penerbitan selebaran umum,buku dll yang diakui Gereja hanyalah bila ada nihil Obstat dan Imprimatur dari pejabat Gereja.


SIKAP KITA

1. Terhadap SMS/ selebaran berantai, roti diatas bahkan tentang devosi dan ajaran2 liar harus mengikuti ajaran Gereja resmi. Terhadap hal2 diatas Gereja tidak pernah menganjurkan, apalagi mengajarkan. Maka kita perlu memperhatikan dan kita tolak, tanpa harus merasa salah.

2. SMS/ surat berantai, roti diatas merupakan pembodohan Iman umat. Kita harus Waspada!!! Sumber iman kita adalah Kitab Suci dan ajaran Gereja.

Sumber tsb juga bisa untuk menguji setiap masalah diatas

3. Roti yang menyelamatkan hanyalah Roti EKARISTI SUCI . Tidak ada yang lain

4. Ikutlah Devosi yang resmi diakui Gereja, devosi kepada Bunda Maria, Hati Kudus Yesus, Ekaristi Suci, dan Kerahiman Ilahi

Ditulis: Romo M Srijanto SJ - Paroki St Maria Tangerang.

Rabu, April 08, 2009

Mengenal Santa Faustina Kowalska; Rasul Kerahiman Illahi

Bersama ini artikel tentang kisah Santa Faustina Kowalska, Rasul Kerahiman Ilahi sebagai sarana menambah wacana dan wawasan untuk kita umat Katholik, khususnya umat Stasi Santo Gregorius dalam meningkatkan kwalitas Iman kristiani. Semoga bermanfaat.
Sebagai informasi, Romo Kepala Paroki Santa Maria: Romo Maximianus Sriyanto SJ adalah Moderator Kerasulan Kerahiman Ilahi Santa Faustina KAJ. Di Paroki Santa Maria diadakan NOVENA KERAHIMAN ILAHI yang dimulai pada Jum'at Agung (10-4-2009) dan diakhiri pada minggu paskah ke-2.
Salam dalam Kasih Tuhan
JN. Wahyudi



Helena Kowalska dilahirkan di Glogowiec, Polandia pada tanggal 25 Agustus 1905 sebagai anak ketiga dari sepuluh putera-puteri pasangan suami isteri Katolik yang saleh Stanislaw Kowalski dan Marianna Babel. Ayahnya seorang petani merangkap tukang kayu. Keluarga Kowalski, sama seperti penduduk Glogowiec lainnya, hidup miskin dan menderita dalam penjajahan Polandia oleh Rusia.

Helena hanya sempat bersekolah hingga kelas 3 SD saja. Ia seorang anak yang cerdas dan rajin, juga rendah hati dan lemah lembut hingga disukai orang banyak. Sementara menggembalakan sapi, Helena biasa membaca buku; buku kegemarannya adalah riwayat hidup para santa dan santo. Seringkali ia mengumpulkan teman-teman sebayanya dan menjadi `katekis' bagi mereka dengan menceritakan kisah santa dan santo yang dikenalnya. Helena kecil juga suka berdoa. Kerapkali ia bangun tengah malam dan berdoa seorang diri hingga lama sekali. Apabila ibunya menegur, ia akan menjawab, “Malaikat pelindung yang membangunkanku untuk berdoa.”

Ketika usianya 16 tahun, Helena mulai bekerja sebagai pembantu rumah tangga agar dapat meringankan beban ekonomi keluarga. Tetapi, setahun kemudian ia pulang ke rumah untuk minta ijin masuk biara. Mendengar keinginan Helena, ayahnya menanggapi dengan tegas, “Papa tidak punya uang untuk membelikan pakaian dan barang-barang lain yang kau perlukan di biara. Selain itu, Papa masih menanggung hutang!” Puterinya mendesak, “Papa, aku tidak perlu uang. Tuhan Yesus Sendiri yang akan mengusahakan aku masuk biara.” Namun, orangtuanya tetap tidak memberikan persetujuan mereka.

Patuh pada kehendak orangtua, Helena bekerja kembali sebagai pembantu. Ia hidup penuh penyangkalan diri dan matiraga, hingga suatu hari pada bulan Juli 1924 terjadi suatu peristiwa yang menggoncang jiwanya.

“Suatu ketika aku berada di sebuah pesta dansa dengan salah seorang saudariku. Sementara semua orang berpesta-pora, jiwaku tersiksa begitu hebat. Ketika aku mulai berdansa, sekonyong-konyong aku melihat Yesus di sampingku; Yesus menderita sengsara, nyaris telanjang, sekujur tubuh-Nya penuh luka-luka; Ia berkata kepadaku: “Berapa lama lagi Aku akan tahan denganmu dan berapa lama lagi engkau akan mengabaikan-Ku” Saat itu hingar-bingar musik berhenti, orang-orang di sekelilingku lenyap dari penglihatan; hanya ada Yesus dan aku di sana. Aku mengambil tempat duduk di samping saudariku terkasih, berpura-pura sakit kepala guna menutupi apa yang terjadi dalam jiwaku. Beberapa saat kemudian aku menyelinap pergi, meninggalkan saudari dan semua teman-temanku, melangkahkan kaki menuju Katedral St Stanislaus Kostka.

Lampu-lampu sudah mulai dinyalakan; hanya sedikit orang saja ada dalam katedral. Tanpa mempedulikan sekeliling, aku rebah (= prostratio) di hadapan Sakramen Mahakudus dan memohon dengan sangat kepada Tuhan agar berbaik hati membuatku mengerti apa yang harus aku lakukan selanjutnya.

Lalu aku mendengar kata-kata ini: “Segeralah pergi ke Warsawa, engkau akan masuk suatu biara di sana.” Aku bangkit berdiri, pulang ke rumah, membereskan hal-hal yang perlu diselesaikan. Sebisaku, aku menceritakan kepada saudariku apa yang telah terjadi dalam jiwaku. Aku memintanya untuk menyampaikan selamat tinggal kepada orangtua kami, dan lalu, dengan baju yang melekat di tubuh, tanpa barang-barang lainnya, aku tiba di Warsawa,” demikian tulis St Faustina di kemudian hari.

Setelah ditolak di banyak biara, akhirnya Helena tiba di biara Kongregasi Suster-suster Santa Perawan Maria Berbelas Kasih. Kongregasi ini membaktikan diri pada pelayanan kepada para perempuan yang terlantar secara moral. Sejak awal didirikannya oleh Teresa Rondeau, kongregasi mengaitkan misinya dengan misteri Kerahiman Ilahi dan misteri Santa Perawan Maria Berbelas Kasih.

“Ketika Moeder Superior, yaitu Moeder Jenderal Michael yang sekarang, keluar untuk menemuiku, setelah berbincang sejenak, ia menyuruhku untuk menemui Tuan rumah dan menanyakan apakah Ia mau menerimaku. Seketika aku mengerti bahwa aku diminta menanyakan hal ini kepada Tuhan Yesus. Dengan kegirangan aku menuju kapel dan bertanya kepada Yesus: “Tuan rumah ini, apakah Engkau mau menerimaku? Salah seorang suster menyuruhku untuk menanyakannya kepada-Mu.”

Segera aku mendengar suara ini: “Aku menerimamu; engkau ada dalam Hati-Ku.” Ketika aku kembali dari kapel, Moeder Superior langsung bertanya, “Bagaimana, apakah sang Tuan menerimamu?” Aku menjawab, “Ya.” “Jika Tuan telah menerimamu, maka aku juga akan menerimamu.” Begitulah bagaimana aku diterima dalam biara.”

Namun demikian, Helena masih harus tetap bekerja lebih dari setahun lamanya guna mengumpulkan cukup uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pada tahap awal tinggal di biara. Akhirnya pada tanggal 1 Agustus 1925, menjelang ulangtahunnya yang ke-20, Helena diterima dalam Kongregasi Suster-suster Santa Perawan Maria Berbelas Kasih. “Aku merasa sangat bahagia, seakan-akan aku telah melangkahkan kaki ke dalam kehidupan Firdaus,” kenang St Faustina.

Setelah tinggal di biara, Helena terkejut melihat kehidupan para biarawati yang sibuk sekali hingga kurang berdoa. Karenanya, tiga minggu kemudian Helena bermaksud meninggalkan biara dan pindah ke suatu biara kontemplatif yang menyediakan lebih banyak waktu untuk berdoa. Helena yang bingung dan bimbang rebah dalam doa di kamarnya. “Beberapa saat kemudian suatu terang memenuhi bilikku, dan di atas tirai aku melihat wajah Yesus yang amat menderita. Luka-luka menganga memenuhi WajahNya dan butir-butir besar airmata jatuh menetes ke atas seprei tempat tidurku. Tak paham arti semua ini, aku bertanya kepada Yesus, “Yesus, siapakah gerangan yang telah menyengsarakan-Mu begitu rupa?” Yesus berkata kepadaku: “Engkaulah yang yang akan mengakibatkan sengsara ini pada-Ku jika engkau meninggalkan biara. Ke tempat inilah engkau Ku-panggil dan bukan ke tempat lain; Aku telah menyediakan banyak rahmat bagimu.” Aku mohon pengampunan pada Yesus dan segera mengubah keputusanku.”




Pada tanggal 30 April 1926, Helena menerima jubah biara dan nama baru, yaitu Sr Maria Faustina; di belakang namanya, seijin kongregasi ia menambahkan “dari Sakramen Mahakudus”. Dalam upacara penerimaan jubah, dua kali Sr Faustina tiba-tiba lemas; pertama, ketika menerima jubah; kedua, ketika jubah dikenakan padanya. Dalam Buku Catatan Harian, St Faustina menulis bahwa ia panik sekaligus tidak berdaya karena pada saat itu ia melihat penderitaan yang harus ditanggungnya sebagai seorang biarawati. Dalam biara, tugas yang dipercayakan kepadanya sungguh sederhana, yaitu di dapur, di kebun atau di pintu sebagai penerima tamu. Semuanya dijalankan Sr Faustina dengan penuh kerendahan hati.

Pada tanggal 22 Februari 1931, St Faustina mulai menerima pesan kerahiman ilahi dari Kristus yang harus disebarluaskannya ke seluruh dunia. Kristus memintanya untuk menjadi rasul dan sekretaris Kerahiman Ilahi, menjadi teladan belas kasih kepada sesama, menjadi alat-Nya untuk menegaskan kembali rencana belas kasih Allah bagi dunia. Seluruh hidupnya, sesuai teladan Kristus, akan menjadi suatu kurban - hidup yang diperuntukkan bagi orang lain. Menanggapi permintaan Tuhan Yesus, St Faustina dengan rela mempersembahkan penderitaan pribadinya dalam persatuan dengan-Nya sebagai silih atas dosa-dosa manusia; dalam hidup sehari-hari ia akan menjadi pelaku belas kasih, pembawa sukacita dan damai bagi sesama; dan dengan menulis mengenai kerahiman ilahi, ia mendorong yang lain untuk mengandalkan Yesus dan dengan demikian mempersiapkan dunia bagi kedatangan-Nya kembali.


Meskipun sadar akan ketidaklayakannya, serta ngeri akan pemikiran harus berusaha menuliskan sesuatu, toh akhirnya, pada tahun 1934, ia mulai menulis buku catatan harian dalam ketaatan pada pembimbing rohaninya, dan juga pada Tuhan Yesus Sendiri. Selama empat tahun ia mencatat wahyu-wahyu ilahi, pengalaman-pengalaman mistik, juga pikiran-pikiran dari lubuk hatinya sendiri, pemahaman serta doa-doanya. Hasilnya adalah suatu buku catatan harian setebal 600 halaman, yang dalam bahasa sederhana mengulang serta menjelaskan kisah kasih Injil Allah bagi umatnya, dan di atas segalanya, menekankan pentingnya kepercayaan pada tindak kasih-Nya dalam segala segi kehidupan kita. Buku itu menunjukkan suatu contoh luar biasa bagaimana menanggapi belas kasih Allah dan mewujud-nyatakannya kepada sesama.

Di kemudian hari, ketika tulisan-tulisan St Faustina diperiksa, para ilmuwan dan juga para teolog terheran-heran bahwa seorang biarawati sederhana dengan pendikan formal yang amat minim dapat menulis begitu jelas serta terperinci; mereka memaklumkan bahwa tulisan St Faustina sepenuhnya benar secara teologis, dan bahwa tulisannya itu setara dengan karya-karya tulis para mistikus besar.

Devosinya yang istimewa kepada Santa Perawan Maria Tak Bercela, kepada Sakramen Ekaristi dan Sakramen Tobat memberi St Faustina kekuatan untuk menanggung segala penderitaannya sebagai suatu persembahan kepada Tuhan atas nama Gereja dan mereka yang memiliki kepentingan khusus, teristimewa para pendosa berat dan mereka yang di ambang maut.

St Faustina Kowalska menulis dan menderita diam-diam, hanya pembimbing rohani dan beberapa superior saja yang mengetahui bahwa suatu yang istimewa tengah terjadi dalam hidupnya. Setelah wafat St Faustina, bahkan teman-temannya yang terdekat terperanjat mengetahui betapa besar penderitaan dan betapa dalam pengalaman-pengalaman mistik yang dianugerahkan kepada saudari mereka ini, yang senantiasa penuh sukacita dan bersahaja.

Pesan Kerahiman Ilahi yang diterima St Faustina sekarang telah tersebar luas ke segenap penjuru dunia; dan buku catatan hariannya, “Kerahiman Ilahi Dalam Jiwaku” menjadi buku pegangan bagi Devosi Kerahiman Ilahi. St Faustina sendiri tak akan terkejut mengenai hal ini, sebab telah dikatakan kepadanya bahwa pesan kerahiman ilahi akan tersebar luas melalui tulisan-tulisan tangannya demi keselamatan jiwa-jiwa.

Dalam suatu pernyataan nubuat yang ditulisnya, St Faustina memaklumkan: “Aku merasa yakin bahwa misiku tidak akan berakhir sesudah kematianku, melainkan akan dimulai. Wahai jiwa-jiwa yang bimbang, aku akan menyingkapkan bagi kalian selubung surga guna meyakinkan kalian akan kebajikan Allah” (Buku Catatan Harian, 281)

St Maria Faustina Kowalska dari Sakramen Mahakudus, rasul kerahiman ilahi, wafat pada tanggal 5 Oktober 1938 di Krakow dalam usia 33 tahun karena penyakit TBC yang dideritanya. Jenasahnya mula-mula dimakamkan di pekuburan biara, lalu dipindahkan ke sebuah kapel yang dibangun khusus di biara. Pada tahun 1967, dengan dekrit Kardinal Karol Wojtyla, Uskup Agung Krakow, kapel tersebut dijadikan sanctuarium reliqui Abdi Allah Sr Faustina Kowalska. Pada Pesta Kerahiman Ilahi tanggal 18 April 1993, Sr Faustina dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II dan pada Pesta Kerahiman Ilahi tanggal 30 April 2000 dikanonisasi oleh paus yang sama. Pesta St Faustina dirayakan setiap tanggal 5 Oktober.


Sumber: 1. “The Divine Mercy Message and Devotion” by Fr Seraphim Michalenko, MIC and Vinny Flynn; published by the Archdiocesan Divine Mercy Devotion, Singapore; 2. “The Divine Mercy in My Soul” by St Faustina Kowalska; 3. “Riwayat Hidup Santa Faustina” oleh Stefan Leks; penerbit Kanisius 2004; 4. “Rasul Kerahiman Ilahi (Devosi kepada Kerahiman Ilahi)” oleh P. Ceslaus Osiecki, SVD, "Kemah Tabor", Pos Mataloko 86461 - Flores; 5. tambahan dari berbagai sumber

disarikan dan diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya