Kamis, April 16, 2009

Koronka Kepada Kerahiman Ilahi

Kata koronka adalah sebuah kata dari Bahasa Polandia yang tidak ada padanannya dalam Bahasa Indonesia, kurang lebih berarti sama dengan mahkota kecil yang diletakkan diatas kepala orang yang dicintai secara istimewa atau untaian manik-manik indah yang dikalungkan pada leher sang kekasih.

Koronka kepada kerahiman ilahi adalah untaian doa yang dipersembahkan kepada Tuhan yang diimani sebagai pribadi yang maharahim dan berbelas kasih.

Doa ini diadakan pada rosario biasa, tetapi isi doanya tidak hanya Bapa Kami dan Salam Maria seperti dalam Doa Rosario pada umumnya tetapi sebagai berikut:

Koronka dibuka dengan

- Bapa Kami (1 kali)

- Salam Maria (1 kali)

- Aku Percaya / Syahadat singkat (1 kali)

Pada manik Bapa Kami, diucapkan doa sebagai berikut:

Bapa yang kekal, kupersembahkan kepadaMU Tubuh dan Darah, Jiwa dan ke Allah PuteraMU yang terkasih Tuhan kami Yesus Kristus sebagai pemulihan dosa-dosa kami dan dosa-dosa dunia.

Pada manik Salam Maria (10 x) diucapkan doa sebagai berikut:

Demi sengsara Yesus yang pedih, tunjukkanlah belas kasihMU kepada kami dan seluruh dunia.

Koronka ditutup dengan doa:

Allah yang Kudus, Kudus dan berkuasa, Kudus dan kekal, kasihanilah kami dan seluruh dunia (3x)


SEJARAH KORONKA

Sejarah koronka dimulai pada tahun 1935 dan diceritakan oleh Suster Faustina sebagai berikut:

Malam hari ketika kau di kamarku, aku melihat Malaikat, pelaksana murka Allah. Ia berpakaian jubah terang dan wajahnya bersinar. Di bawah kakinya ada awan, dari awan itu keluarlah petir-petir, sedang dari tangannya keluarlah kilat-kilat.

Ketika aku melihat tanda murka ilahi yang akan menimpa bumi itu, aku mulai memohon Malaikat supaya ia berhenti sejenak, sebab dunia pasti akan bertobat. Namun permohonanku tidak berarti apa-apa terhadap murka ilahi.

Saat itu aku melihat Allah Tritunggal. Kebesaran kemuliaanNYA menembus aku sedalam-dalamnya dan aku tidak berani mengulangi permohonanku lagi.

Saat itu juga kurasakan dalam jiwaku kekuatan rahmat Yesus yang diam dalam diriku. Setelah menyadari rahmat itu, aku langsung dibawa ke Takhta Ilahi. O, betapa besarnya Tuhan dan Allah kita, betapa tak terpahami kekudusanNYA! Aku tidak akan bersuaha menggambarkan kebesaran itu, sebab tidak lama lagi kita semua akan melihatNYA sebagaimana adanya. Aku mulai memohon Allah seturut kata-kata yang telah kudengar dalam batinku.

Sementara aku berdoa demikian, aku melihat betapa Malaikat itu tidak berdaya dalam melaksanakan hukuman yang layak (menimpa dunia) akibat dosa. Aku belum pernah berdoa dengan kekuatan batin sebesar itu, seperti pada saat itu. Kata-kata yang kutujukan kepada Allah sebagai permohonanku ialah: Bapa yang kekal, kupersembahkan kepadaMU Tubuh dan Darah, Jiwa dan ke Allah PuteraMU yang terkasih Tuhan kami Yesus Kristus sebagai pemulihan dosa-dosa kami dan dosa-dosa dunia.

Hari berikutnya, ketika aku masuk ke kapel, aku mendengar dalam batin kata-kata ini: Setiap kali engkau masuk ke kapel, ucapkanlah segera doa yang kemarin Kuajarkan kepadamu.

Setelah mengucapkan doa itu, aku mendengar dalam batin kata-kata ini: Doa ini dimaksudkan sebagai sarana untuk memadamkan murkaKU. Hendaknya engkau mengucapkannya selama sembilan hari pada rosario biasa dengan cara ini: mula-mula hendaknya engaku mengucapkan satu Bapa Kami, satu Salam Maria dan satu Aku Percaya, lalu pada biji “Bapa Kami” hendaknya engkau berdoa begini: Bapa yang kekal, kupersembahkan kepadaMU Tubuh dan Darah, Jiwa dan ke Allah PuteraMU yang terkasih Tuhan kami Yesus Kristus sebagai pemulihan dosa-dosa kami dan dosa-dosa dunia.

Pada biji “Salam Maria” hendaknya engkau mengucapkan kata-kata berikut ini: Demi sengsara Yesus yang pedih, tunjukkanlah belas kasihMU kepada kami dan seluruh dunia.

Pada Akhir, hendaknya engkau mengucakan tiga kali kata-kata ini: Allah yang Kudus, Kudus dan berkuasa, Kudus dan kekal, kasihanilah kami dan seluruh dunia. (BCH, No. 474-476)

Sabda Yesus kepada Suster Faustina:

Ucapkanlah koronka yang telah Kuajarkan kepadamu ini setiap hari. Barang siapa mendaraskannya, akan mengalami kerahimanKU yang besar pada saat kematiannya. Para imam hendaknya menganjurkannya kepada para pendosa sebagai pertolongan terakhir (BCH, No. 687)

O, betapa banyak rahmat akan diterima orang yang mengucapkan koronka ini! Hendaknya seluruh dunia mengenal kerahimanKU yang tak terselami. Inilah tanda untuk zaman akhir. Sesudahnya akan tiba hari keadialan. Selama masih ada waktu, manusia hendaknya bergegas kepada sumber kerahimanKU dan memanfaatkan Darah dan Air yang memancar bagi mereka (BCH, No.848).

Ajaklah orang mengucapkan koronka yang telah Kuberikan kepadamu. Kepada mereka yang mendaraskannya, akan kuberikan apa saja yang mereka minta. Hati para pendosa yang paling tegarpun, bila mendaraskannya, akan dipenuhi ketenangan, dan saat kematian mereka akan diliputi bahagia. Tuliskanlah ini bagi jiwa-jiwa yang susah: bila orang menyadari dan memahami betapa beratnya dosa-dosanya bila mata hatinya menangkap jurang kehinaan yang dimasuknya, janganlah putus asa, melainkan dengan penuh percaya menjatuhkan diri kedalam rangkulan kerahimanKU, ibarat seorang anak kedalam rangkulan ibunya. Orang-orang itu mempunya hak utama untuk mengalami HatiKU yang berbelas kasih serta kerahimanKU. Katakanlah bahwa tiada seorangpun yang menyerukan kerahimanKU, pernah dikecewakan ataupun dipermalukan. Secara khusus Kusayangi orang-orang yang mengandalkan kebaikanKU. Tulislah: bila koronkan ini didaraskan dekat orang yang sedang menghadapi ajalnya, AKU akan berdiri diantara Bapa dan orang itu bukan sebagai Hakim yang adil, melainkan sebagai Juru Selamat yang rahim. (BCH, No.1541).

Dengan mengucapkan koronka ini, engkau mendekatkan umat manusia kepadaKU. (BCH, No.929)

Disadur oleh JN. Wahyudi dari: Buku Devosi Kepada Kerahiman Ilahi, tulisan Stefan Leks, Penerbit Kanisius, Nihil Obstat: F. Hartono, SJ, Imprimatur: J. Pujasumarta, Pr., Vikjen.

Keterangan: BCH adalah singkatan dari Buku Catatan Harian Suster Faustina.

Tidak ada komentar: