Selasa, Mei 12, 2009

Jam Kerahiman

Beberapa pertanyaan seputar Jam Kerahiman

Sesuai dengan kehendak Tuhan Yesus, Jam Kerahiman seharusnya diadakan pada pkl. 15.00. Apakah ini jam kematian Yesus?

Tidak seorang pun tahu secara pasti kapan tepatnya Yesus wafat. Data yang tersedia dalam keempat kitab Injil pun agak kabur...

Dalam Injil Matius tertulis begini, ”Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring, ‘Eli, Eli, lema sabakhtani?’ Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata, ‘Ia memanggil Elia.’ Kemudian datanglah segera seorang dari mereka; ia mengambil spons, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu melilitkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum. Tetapi orang-orang lain berkata, ‘Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia.’ Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya” (Mat 27:46-50). Jadi, menurut versi Matius ini, Yesus tidak wafat tepat pada pkl. 15.00, tetapi „kira-kira jam tiga”.

Dalam kisah versi Markus, kata „kira-kira” tidak muncul. Namun, kisahnya hampir sama dengan kisah Matius (>Mrk 15:34-37).

Lukas dalam Injilnya mencatat begini, ”Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas dan kegelapan meliputi seluruh bumi sampai jam tiga sebab matahari tidak bersinar. Tirai Bait Suci terkoyak menjadi dua. Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring, ‘Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.’ Sesudah berkata demikian Ia menghembuskan napas terakhir-Nya” (Luk 23:45-46). Menurut Lukas, saat kematian Yesus didahului dengan terkoyaknya tirai Bait Suci.

Menurut kisah versi Yohanes, ”kira-kira jam dua belas” Yesus belum meninggalkan tempat Ia diadili oleh Pilatus. Namun, Yohanes pun mencatat bahwa sebelum wafat, Yesus sempat diberi minum anggur asam. ”Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia, ‘Sudah selesai.’ Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya” (Yoh 19:14,30). Tidak ada catatan jelas tentang saat dan waktu Yesus wafat. Namun, berdasarkan data yang disebut di atas, pkl. 15.00 dapat dengan tenang dipandang sebagai saat Yesus mengalami ajalNya lalu wafat.

Apa sabda Yesus kepada Santa Faustina sehubungan saat wafat-Nya itu?

Yesus berpesan sebagai berikut, ”Pada pukul tiga (petang) serukanlah kerahiman-Ku, khususnya bagi para pendosa, dan - biarpun sebentar saja - renungkanlah sengsara-Ku, teristimewa kesendirian-Ku, pada saat Aku menghadapi ajal. Inilah jam kerahiman-Ku yang besar bagi seluruh dunia. Aku akan mengizinkan engkau mengalami kesedihan-Ku yang mendalam. Pada jam itu tidak akan Kutolak apa pun yang diminta seseorang demi sengsara-Ku” (Buku Harian # 1320, selanjutnya BH).

Dalam BH # 1572 Faustina mencatat pesan Yesus berikut ini, ”Aku mengingatkan engkau, hai putri-Ku: setiap kali engkau mendengar jam membunyikan pukul tiga petang, benamkanlah dirimu seluruhnya dalam kerahiman-Ku sambil memuji dan memuliakan-Nya.”

Jika kedua pesan Yesus kepada St. Faustina dibaca dalam konteks tulisan keempat pengarang Injil tentang saat wafat-Nya, maka mudah disimpulkan bahwa bunyi jam di biara zaman dulu ditunjuk oleh Yesus sebagai tanda bagi Faustina untuk ”membenamkan diri dalam kerahiman-Nya”, lalu memulai Jam Kerahiman.

Cukup jelas bahwa pkl. 15.00 adalah tanda dimulainya Jam Kerahiman. Bolehkah Jam itu dimulai sebelum pkl. 15.00?

Tentu saja! Sangatlah tepat kalau jam itu didahului dengan semacam persiapan batin berupa menyadari kehadiran Tuhan, melepaskan diri secara rohani dari segala macam kesibukan dan keterikatan sehari-hari, hening sambil merendahkan diri di hadapan Tuhan dan memohon rahmat-Nya.

Namun, persiapan rohani semacam ini sama sekali bukan kewajiban atau keharusan, sehingga sangat fa-kultatif sifatnya. Orang boleh langsung saja memasuki Jam Kerahiman.

Apa yang perlu dilakukan selama Jam Kerahiman? Doa apa saja yang wajib diucapkan?

Dalam pesan-Nya kepada St. Faustina, Yesus tidak menyebut satu doa pun yang wajib diucapkan. Dari sabda-Nya yang tercatat dalam BH # 1320 mudah disimpulkan bahwa Yesus berharap agar setiap orang yang mengadakan Jam Kerahiman berdoa secara spontan sesuai dengan dorongan hatinya pada saat itu. Yesus hanya minta supaya doa spontan itu berupa menyerukan kerahiman-Nya, khususnya bagi para pendosa.

Himbauan Yesus, Serukanlah kerahiman-Ku, sebaiknya diartikan sebagai hal utama yang perlu diperhatikan selama Jam Kerahiman. Kerahiman-Nya dapat diserukan bagi diri sendiri, bagi keluarga, bagi orang tertentu, bagi seluruh dunia. Namun, Yesus dengan amat tegas menyebut para pendosa sebagai sasaran utama seruan itu.

Siapakah para pendosa itu? Bukankah semua manusia sama-sama berdosa?

Benar, semua manusia berdosa sehingga pantas disebut ‘pendosa’. Namun, yang kiranya dimaksudkan oleh Yesus ialah mereka yang bukan hanya melakukan dosa melainkan begitu mencintai dosa sehingga tidak mau menghentikannya. ‘Pendosa’ dalam arti sesungguhnya adalah pencinta dosa, orang yang tidak peduli akan Allah, yang semakin tenggelam dalam perbuatan-perbuatan tercela dan semakin menikmati-nya.

Jadi, salah satu tujuan utama Jam Kerahiman ialah berdoa untuk para pendosa serius...

Tepat. Kebanyakan pendosa serius dibenci orang, tidak mau didoakan, dicaci bahkan dikutuk-kutuki. Jarang sekali ada orang yang memikirkan mereka secara positif. Maka dilihat dari sudut pandang Tuhan, mereka seolah-olah dibiarkan binasa dan masuk neraka. Tuhan yang Maharahim tidak menghendaki seorang pun mati dalam dosa tanpa pengampunan. Maka Ia mohon supaya para pendosa didoakan secara khusus, malah ‘diprioritaskan’. Sebab Ia siap memberi mereka pengampunan seandainya mereka mau bertobat. Dan, mereka kiranya akan bertobat kalau didoakan secara intensif.

Apa lagi yang diminta oleh Yesus agar dilakukan pada Jam Kerahiman?

Setelah bicara tentang menyerukan kerahiman-Nya”, Yesus langsung menambahkan, „Dan biarpun sebentar saja, renungkanlah sengsara-Ku, teristimewa kesendirian-Ku, pada saat Aku menghadapi ajal-Ku”.

Yesus tahu betul bahwa orang yang terbiasa merenungkan sengsara-Nya, akan semakin mengenal hati-Nya yang penuh belas kasihan dan sendiri akan semakin teresapi oleh kemurahan hati. Hanya orang macam inilah peduli akan para pendosa, akan para musuh Yesus, akan mereka yang terancam keselamatannya, sehingga siap mendoakan mereka setiap saat.

Dalam rangka Jam Kerahiman ini Yesus minta supaya secara khusus direnungkan saat ajal-Nya dan kesendirian-Nya. Setelah disalibkan, Yesus ditinggalkan oleh semua orang. Dekat salib-Nya berdirilah sejumlah orang yang malah mengolok-olok Dia dengan keji. Dalam kelompok itu ada tokoh-tokoh agama yang seharusnya memihak Yesus.

Perenungan tentang ajal Yesus pasti sangat bernilai karena Yesus sendiri menganjurkannya kepada para pengikut-Nya.

Berapa lama renungan semacam itu harus diadakan? Dapatkah ditentukan suatu patokan untuk kedua himbauan Yesus, yaitu menyerukan kerahiman-Nya dan merenungkan sengsara-Nya?

Patokan semacam ini jangan diharapkan. Yesus sendiri tidak menentukan lamanya waktu itu. Yang penting ialah melakukan apa yang diminta oleh Yesus dengan sepenuh keterlibatan hati. Lebih baik berdoa ‘sebentar saja’ sebagaimana diminta oleh Yesus daripada memanjatkan doa panjang namun ‘tanpa hati’.

Bolehkah pada Jam Kerahiman diucapkan doa permohonan pribadi yang tidak sepenuhnya berisi seruan akan kerahiman dan bukan pula perenungan sengsara Yesus secara murni?

Tentu, boleh! Yesus sendiri bersabda, ”Pada jam itu tidak akan Kutolak apa pun yang diminta seseorang demi sengsara-Ku”. Yesus bicara tentang permohonan apa saja, asal permohonan itu ditujukan kepada-Nya demi sengsara-Nya. Jadi, doa pribadi itu seharusnya tetap berlatar belakang perenungan tentang sengsara Yesus dan sekaligus dihaturkan ‘demi sengsara Yesus’. Kalau kedua syarat ini terpenuhi, doa itu pasti akan dikabulkan, walaupun belum tentu persis seperti diharapkan oleh orang yang memanjatkannya. Selalu perlu disadari bahwa Tuhan tidak boleh didikte dan tidak perlu diajarkan. Doa yang terbaik ialah, ”Jadilah kehendak-Mu”!

Adakah hal-hal lain lagi yang sebaiknya diperhatikan selama Jam Kerahiman?

Ada! Ketika Yesus berbicara tentang Jam Kerahiman untuk kedua kalinya, Ia minta supaya mereka yang mengadakannya membenamkan diri seluruhnya dalam kerahiman-Nya sambil memuji dan memuliakan-Nya. Himbauan Yesus ini dapat dikaitkan dengan yang diuraikan di atas sehubungan dengan cara ‘membuka’ Jam Kerahiman (menyadari kehadiran Tuhan, mempersiapkan diri akan curahan rah-mat-Nya).

Kalau seseorang ‘membenamkan dirinya seluruhnya’ dalam kerahiman Tuhan, ia tentu saja menyerahkan diri kepada-Nya tanpa syarat. Ia melepaskan apa saja yang dipandangnya sebagai miliknya sendiri, lalu mencelupkannya ke dalam samudera kerahiman Tuhan. Ia menyadari dirinya tidak mempunyai apa pun untuk dibanggakan. Ia memandang seluruh hidupnya sebagai suatu rentetan rahmat dan karunia Allah. Terpesona dan terpikat oleh Allah yang mahabaik, ia mulai memuji dan memuliakan kerahiman-Nya. Dalam puji-pujian itu ia mengikutsertakan Bunda Maria, para kudus, para malaikat dan bersama seluruh alam ia menghadap Allah.

Maka tanpa meminta sesuatu yang khusus, ia yakin pula bahwa Allah yang Maharahim tak mungkin melupakannya. Ia yakin benar bahwa dengan memuji-muji dan memuliakan Allah saja, semua doa dan ujudnya pasti akan dikabulkan, sesuai dengan sabda Yesus sendiri kepada St. Faustina, ”Pada jam itu engkau akan dapat memperoleh apa saja bagi dirimu sendiri dan bagi orang lain. Pada jam itu tercurahlah rahmat bagi segenap dunia.”

Jaminan Yesus ini luar biasa. Kalau seseorang merenungkannya sungguh-sungguh, ia pasti akan sampai kepada niat teguh untuk tidak pernah lupa mengadakan Jam Kerahiman, biar sebentar saja!

Bagaimana dengan doa koronka pada Jam Kerahiman? Bolehkah didaraskan sebagaimana dianjurkan oleh banyak orang?

Perlu disadari bahwa Yesus sendiri tidak pernah minta supaya pada Jam Kerahiman didaraskan Koronka. Mengapa? Barangkali karena Jam Kerahiman adalah waktu yang dikhususkan oleh Ye-sus sebagai waktu untuk berelasi dengan para pengikut-Nya secara langsung.

Koronka sejak awal hingga akhir ditujukan kepada Allah Bapa bukan kepada Yesus Kristus. Koronka berkali-kali dinyatakan oleh Yesus sebagai doa yang sangat ampuh, justru karena dipanjatkan kepada Allah Bapa ”demi sengsara Yesus yang pedih”. Namun, Jam Kerahiman yang sepenuhnya berpusatkan renungan tentang sengsara dan kerahiman Yesus selaku Putra Allah dan sekaligus Manusia, tidak kalah ‘ampuhnya’.

Pada berbagai kesempatan Yesus minta supaya koronka didaraskan kapan saja, sepanjang hari, tetapi Ia tidak pernah memintanya pada Jam Kerahiman, yang boleh dipandang sebagai saat-saat yang amat khusus untuk berelasi dengan-Nya yang bersengsara.

Kalau demikian, berdosakah orang yang pada Jam Kerahiman mendaraskan koronka?

Tidak! Tak ada doa apa pun yang menghasilkan dosa, kecuali doa itu diucapkan untuk menghujat, menghina Allah dan berisi kata-kata kebencian.

Soal ini serupa dengan berdoa rosario pada waktu berlangsungnya misa kudus... Tepatkah doa rosario didaraskan pada waktu misa berlangsung? Tidak tepat! Dosakah orang yang berdoa rosario pada waktu misa? Tidak! Sesuatu yang ‘kurang tepat’, janganlah langsung dicela sebagai ‘dosa’.

Tetapi, nyatanya, banyak orang tetap berdoa Koronka pada Jam Kerahiman. Apa komentar Anda mengenai hal ini?

Banyak orang berdevosi kepada Kerahiman Ilahi, tetapi tidak pernah membaca apa pun tentang devosi ini. Kebanyakan orang diberi gambar disertai doa Koronka lalu diajarkan, ”Ucapkanlah doa ini setiap hari pada pkl. 15.00 dan semua doamu akan dikabulkan. Malah lebih dari itu, Anda akan mengalami mukjizat demi mukjizat!” Karena propaganda semacam ini, Jam Kerahiman dikaitkan dengan koronka, padahal Yesus sendiri bicara tentang Jam Kerahiman dua kali saja (BH # 1320,1572) dan tidak pernah mengaitkannya dengan koronka.

Adakah sebab-sebab lain sehingga begitu banyak orang tetap berdoa koronka pada Jam Kerahiman walaupun mereka mungkin tahu bahwa waktu Jam Kerahiman seharusnya diisi dengan jenis doa lain?

Ada satu sebab yang dapat dipandang sebagai sebab utama mengapa muncul ‘salah praktik’ dalam hal ini. Dalam wahyu pertama tentang Jam Kerahiman, Yesus meminta doa spontan, renungan spontan. Hal yang serupa dilakukan-Nya pada wahyu kedua. Namun, Ia segera menyatakan pula bahwa orang yang mengadakan Jam Kerahiman hendaknya mengadakan Jalan Salib - sejauh hal itu dimungkinkan - atau mampir sebentar ke kapel dan bersujud di hadapan Hati-Nya dalam Sakramen Mahakudus.

Banyak orang jelas-jelas tidak dapat pergi ke kapel pada pkl. 15.00. Lebih-lebih di Indonesia! Semua gereja dan kapel terkunci pada jam itu! Banyak orang menghadapi kesulitan pula untuk mengadakan Jalan Salib. Maka mudah dimaklumi bahwa dicarilah suatu pemecahan... Dicari suatu doa yang singkat dan terkenal. Koronka menjadi pilihan utama. Maka terjadilah... Koronka dipopulerkan sebagai doa Jam Kerahiman. Padahal tidaklah demikian pesan Yesus.

Justru karena kecenderungan umum ini, tidak bijaksanalah juga menyingkirkan sama sekali koronka dari Jam Kerahiman. Para suster di Krakow-Lagiewniki (Polandia), tempat St. Faustina meninggal dunia, mendaras koronka pada akhir Jam Kerahiman, sekitar pkl. 15.15.

Bagaimana dengan Jalan Salib selama Jam Kerahiman?

Nah, ini sebuah doa yang amat sangat cocok sebagai doa Jam Kerahiman. Doa itu mengundang manusia untuk merenungkan sengsara Yesus, dan dengan sendirinya mengajaknya untuk menyerukan kerahiman-Nya bagi para pendosa.


Banyak orang tidak tahu bahwa Jalan Salib boleh diisi dengan doa-doa pribadi, termasuk doa dan renungan amat singkat yang diadakan di rumah sendiri atau di tempat apa saja (termasuk bus). Contoh-contoh Jalan Salib singkat dapat dibaca dalam buku terbitan Kanisius berjudul Devosi kepada Kerahiman Ilahi, ISBN 978-979-21-1908-4, jumlah halaman 126. Jalan Salib dalam buku tersebut dapat dibaca pada halaman 87-99.

Bersamaan dengan meningkatnya paham tentang devosi kepada Kerahiman Ilahi, jumlah orang yang mengisi Jam Kerahiman dengan doa Jalan Salib semakin meningkat pula.

Disadur oleh JN. Wahyudi untuk umat Stasi Santo Gregorius dari: Buku Devosi Kepada Kerahiman Ilahi, tulisan Stefan Leks, Penerbit Kanisius, Nihil Obstat: F. Hartono, SJ, Imprimatur: J. Pujasumarta, Pr., Vikjen.

Tidak ada komentar: