Rabu, Mei 27, 2009

Yesus-kah yang disalibkan ?


Yesus-kah yang Disalibkan ?
Antara Film The Messiah, Injil dan Data Sejarah
oleh : P. F.X. Didik Bagiyowinardi, Pr

Memasuki Pekan Suci merupakan kesempatan berharga untuk merenungkan kasih Tuhan dalam hidup kita melalui rangkaian perayaan liturgi Trihari Paskah. Liturgi Gereja dan bacaan yang kita renungkan akan tetap sama. Namun, aneka konteks dalam hidup dan situasi dunia sekitar kita juga akan membantu kita memahami misteri Paskah Kristus dengan lebih baik dan variatif. Bila pada tahun 2003 pemahaman dan keyakinan iman kita akan Yesus Kristus seakan ditantang oleh Dan Brown yang menghembuskan dongeng The Da Vinci Code, pada tahun 2004 Mel Gibson membantu kita memahami sengsara Tuhan Yesus menjadi lebih gamblang melalui film The Passion. Dan dalam konteks dekat perayaan Paskah 2009 ini kita `disentil' oleh film The Messiah yang telah dirilis tahun lalu di Iran, kendati saat ini belum diputar di Indonesia. Aneka diskusi dan wacana di milis dan media online telah diangkat agar umat Katolik siap mental menghadapinya manakala film tersebut diputar di Indonesia. Berikut saya sajikan hasil studi dan refleksi sederhana saya mengenai kontroversi dalam film The Messiah ini dengan harapan bisa menjadi bacaan rohani selama pekan suci sehingga kita bisa semakin mensyukuri karya penebusan Kristus yang telah ditawarkan senantiasa kepada kita.


TANDA YANG MENIMBULKAN PERBANTAHAN

Sewaktu berumur 40 hari bayi Yesus dipersembahkan di Bait Allah, seorang benar yang sudah lanjut usia bernama Simeon, menyambut dan menatang-Nya. Kepada Bunda Maria, Simeon menyatakan nubuatnya tentang masa depan Anak itu, “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan - dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri - supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang” (Luk 2:34-35). Dan nubuat Simeon ini terbukti, bukan hanya sewaktu Yesus masih hidup dan mengajarkan kasih, bukan hanya sewaktu Dia wafat di kayu salib dan bangkit kembali, bukan hanya setelah para pengikut-Nya menyebarkan kabar gembira ini, bukan hanya saat Gereja awali dikejar-kejar dan dianiaya oleh orang Yahudi dan penguasa Romawi, melainkan sampai hari ini! Yesus akan senantiasa menjadi tanda yang menimbulkan perbantahan agar menjadi nyata pikiran hati banyak orang.

Karena itu, bukanlah hal yang mengherankan bila karena nama Yesus, seorang Kristen mungkin saja akan dibenci dan dimusuhi oleh orang sekitarnya. Tetapi jauh-jauh hari Dia sudah mengajarkan, “Berbahagialah kamu, jika karena Aku, kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacitalah dan bergembiralah karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu” (Mat 5:11-12). Bahkan kepada para murid-Nya, Dia juga sudah mengingatkan, “Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku” (Yoh 16:2-3). Ya, Yesus akan senantiasa menjadi tanda yang menimbulkan perbantahan.

Salah satu perbantahan di dunia modern ini adalah mempertanyakan historisitas peristiwa Yesus dari Nazaret. Kita masih ingat bagaimana dongeng yang diciptakan oleh Dan Brown (2003) dalam The Da Vinci Code laris-manis, baik novel maupun filmya, termasuk di Indonesia. Dikisahkan bahwa Yesus yang disalibkan itu ternyata tidak sungguh mati. Dia hanyalah mati suri; argumen Dan Brown karena kaki Yesus tidak ikut dipatahkan sehingga bisa siuman lagi, lalu melarikan diri dengan Maria Magdalena dan keduanya pun menikah, punya keturunan dan mereka harus mengasingkan diri ke Perancis, dsb, dsb. Novel ini sebenarnya mempromosikan ajaran sesat Gnostisme (yang akan kita lihat sekilas pada bagian bawah) untuk manusia modern ini menjadi novel bestseller dan filmnya masuk box office. Fenomena ini membenarkan apa yang tertulis dalam 2 Timotius 4:3-4, “Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.”

Dan berita terakhir adalah dirilisnya film The Messiah di Iran (2008) yang mengisahkan hidup Yesus menurut versi Islam; sehingga di akhir cerita tentang penyaliban, disajikan dua versi; versi Kristen dan tentunya versi Islam, dimana bukan Yesus yang tergantung di kayu salib, melainkan Yudas Iskariotlah yang “diserupakan wajahnya seperti” Yesus dan mati di kayu salib. Sementara Yesus sendiri sebelum penyaliban itu telah lebih dulu diselamatkan oleh Allah. Kenapa? Alasannya adalah tidaklah adil bila Allah membiarkan nabi utusan-Nya yang saleh ini (Nabi Isa .A.S.) mati ternista di kayu salib. Kisah versi demikian tidak perlu mengherankan karena film The Messiah ini konon bersumber pada Quran dan Injil Barnabas.

Seperti halnya novel dan film The Da Vinci Code laris-manis di Indonesia, bisa dipastikan film The Messiah ini juga akan masuk box office begitu mulai diputar di Indonesia. Dan bila dibukukan, pasti bakal segera cetak ulang! Pertanyaan untuk kita sendiri, akankah sensasi-sensasi fiksi dalam novel dan film demikian akan menggoncangkan iman kita akan Yesus Kristus yang telah menumpahkan darah-Nya di kayu salib untuk menebus dosa kita (Ibr 9:14; 1 Ptr 1:19)? Kita masing-masing yang tahu jawabannya. Lebih dari itu, kita memang dituntut agar senantiasa berani mempertanggungjawabkan iman dan harapan kita akan Yesus Kristus (1 Ptr 3:15), termasuk kepada semua yang menggugat dan mempertanyakannya. Dan tulisan ini dimaksudkan sebagai upaya kecil untuk ikut mempertanggungjawabkan iman kita akan Yesus Kristus yang telah kita warisi bersama dari para rasul dan Gereja awali. Maka marilah kita juga mohon penerangan Roh Kudus agar kita juga dibimbing-Nya agar kita pun “mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran, di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala (Gereja)” (Ef 4:13-15).

Tulisan yang menarik ini dibagi dalam 3 bagian yang akan diulas di mailing list gsg_rumpi, bila anda ingin mengikuti lebih jauh isi tulisan beserta ulasannya , silahkan gabung di mailing list gsg_rumpi@yahoogroups.com.

Tidak ada komentar: